Devilman: Crybaby merupakan anime adaptasi Netflix yang rilis tahun 2018. Tak banyak yang tahu, anime ini bersumber dari manga legendaris yang rilis tahun 70-an. Review anime Devilman: Crybaby kali ini akan menjadi bahasan rubrik Review.
Seri ini cukup kontroversial di zamannya, terutama karena adegan tanpa sensor, aktifitas satanisme, hingga aksi gore yang mencekam.Untuk kalian yang tertarik menonton anime ini tapi khawatir dengan rating-nya, penjelasan berikut ini akan membantu kalian untuk memantapkan hati.
Review Anime Devilman: Crybaby – Background
Seri Devilman: Crybaby merupakan buah karya dari mangaka Go Nagai. Selama berkarir dalam industry ini, ia sudah melahirkan banyak karya yang kemudian menginspirasi franchise terkenal di tahun-tahun berikutnya. Untuk seri Devilman, Nagai membuatnya di tahun 1972-1973 dengan mendobrak berbagai stigma.
Serial manganya terkenal dengan berbagai tema yang tabu, dari seksualitas, aktifitas keagamaan sesat, hingga adegan kekerasan. Devilman sempat mendapatkan protes dari pengajar, sebab khawatir serinya akan memberikan dampak buruk bagi generasi yang lebih muda.
Sinopsis Devilman: Crybaby
Devilman: Crybaby mengisahkan dua teman yang lama bertemu kembali, Asuka Ryou dan Fudo Akira. Ryou yang sudah menjadi ilmuwan jenius, mengajak Akira untuk hadir di penelitiannya, yang ternyata malah mengubah Akira menjadi manusia setengah Devil, dengan iblis terkuat bernama Amon.
Berkat kekuatan yang ia miliki, Akira berhasil mengendalikan Amon, bahkan membuatnya jadi manusia super hero berkekuatan iblis namun tetap sebaik manusia. Seiring berjalannya waktu, Akira sadar bahwa musuh utamanya bukan lagi iblis, namun juga manusia.
Setelah mengetahui berbagai intrik mengenai manusia dan iblis, Akira sadar bahwa Ryou merupakan dalang dari berbagai kekacauan yang terjadi. Dengan kekuatan baru yang ia miliki, ternyata ia belum mampu mengalahkan dan memberikan kedamaian pada dunia.
Hadir dengan Berbagai Tema Tabu
Sutradara dari seri ini adalah Masaki Yuasa, yang terkenal karena metode penceritaan yang unik. Mungkin karena mendapatkan backing dari Netflix, yang jauh lebih longgar dengan batasan hal-hal tabu, Yuasa bisa melakukan eksplorasi maksimal untuk Devilman.
Kalian akan melihat topik-topik gelap diangkat dalam anime ini, dari pemerkosaan, hal-hal seksualitas, erotisme, gore dengan adengan tubuh yang tercabik, hingga berbagai scene minim sensor. Seakan Yuasa memperlihatkan berbagai sisi buruk dari manusia secara gambling di seri ini.
Grafis, Soundtrack dan Produksi
Review anime Devilman: Crybaby tak akan lengkap tanpa membahas urusan produksi. Terkait dengan grafis, Yuasa punya ciri khas style pengambaran yang unik, membuat seri ini terlihat stand-out untuk adaptasi di tahun 2018.
Meski bisa membawakan tema dan nuansa Devilman yang khas ala Nagai Go, namun urusan grafis ini juga membatasi ruang gerak Yuasa terbatas. Penonton akan melihat berbagai adegan secara stagnan dengan kualitas gambar seadanya, padahal seri ini juga menonjol dalam segi aksi.
Terkait dengan soundtrack, Devilman: Crybaby ada diatas rata-rata. Yuasa memang terkenal dengan style adaptasi anime yang berbeda, namun untuk urusan soundtrack, ia bisa memilih dengan pas berbagai musik untuk membuat tiap adegan terlihat hidup. Jangan kaget jika kalian menemukan musik bertema EDM, rapp, hingga ballad yang sendu tiap episodenya.
Review Anime Devilman: Crybaby – Verdict
Dengan tema yang berani, Devilman: Crybaby bukan anime yang cocok untuk semua orang. Temanya yang gelap ditambah unsur pagan dan keagamaan juga membuat anime ini kian menarik. Tapi untuk kalian yang berhasil menyelesaikan sampai episode akhir, akan puas dengan show dan moral story yang seri ini berikan.