Bahasa Inggris menjadi bahasa global yang dipelajari di seluruh dunia. Begitu pula dengan Jepang, bahasa Inggris jadi salah satu mata pelajaran wajib di sekolah. Tapi ternyata banyak orang Jepang tidak bahasa Inggris dengan baik lho.
Sebagaimana Indonesia, Jepang menganjurkan mata pelajaran bahasa Inggris selama 12 tahun, mulai dari SD hingga SMA. Meski menjadi negara maju yang terkenal dengan sifat inklusinya, nyatanya masyarakat Jepang masih sering melakukan kesalahan dalam penyebutan atau penggunaan bahasa ini.
Alasan Masyarakat Jepang Tak Bisa Bahasa Inggris
Belajar, Tapi Tak Dipraktekkan
Inilah pentingnya belajar sekaligus mempraktekkan apa yang sudah kalian pelajari. Di Jepang, kelas bahasa Inggris digunakan untuk mempelajari banyak hal, penulisan, percakapan, terori grammar, da masih banyak lagi. Tapi tak ada ruang praktek untuk menerapkan pelajaran tersebut.
Kontak warga Jepang ke bahasa Inggris juga cukup kecil, hanya lewat film ataupun iklan global. Karena alasan inilah mereka tak tahu bagaimana menggunakan bahasa Inggris untuk kehidupan sehari – hari. Meski mengetahui semua aspek teori, jika tak menerapkannya tentu akan membuat ilmu yang kalian dapatkan jadi cepat hilang.
Adanya Katakana
Dalam bahasa Jepang, ada tulisan katakana yang mengadopsi cara baca tulisan asing menggunakan dialek Jepang. Katakana akan membuat tutur kata jadi lebih mudah pelafalannya, namun ini menjadi pisau bermata dua. Sebab membuat warga Jepang tak mau mempelajari bahasa Inggris lebih dalam.
Dengan sentuhan bahasa Inggris ala Jepang, pelafalannya tentu jadi berubah, mengikuti dialek lokal. Kalian bisa lihat bagaimana anak muda menyebut smartphone dengan sumaho, apple jadi appuru atau televise menjadi terebi.
Wasei Eigo, Bahasa Inggris ala Jepang
Orang Jepang tidak bisa bahasa Inggris bisa jadi karena mereka menggunakan wasei eigo. Ini merupakan istilah bahasa Inggris ala Jepang yang punya makna berbeda dengan bahasa Inggris pada umumnya.
Misalnya penggunaan kata tension, dalam wasei eigo, tension adalah emosi yang meledak – ledak atau bersemangat, bisa juga diartikan sebagai sesuatu yang menggembirakan. Padahal dalam bahasa Inggris, tension memiliki makna yang berlainan.
Penggunaan makna yang berbeda inilah yang membuat turis asing bingung dengan maksud suatu kalimat, meski kalimat yang tersebut menggunakan serapan bahasa Inggris. Kalau kalian tak paham kultur budaya Jepang, memahai wasei eigo bisa jadi hal yang sulit untuk kalian pelajari.
Tidak Ada Keinginan Belajar Lebih Dalam
Berkat budayanya yang unik, tiap tahun ada banyak turis yang berkunjung ke Jepang. Namun bukan berarti ini membuat warga lokal berniat mendalami bahasa Inggris. Mereka tetap menggunakan wasei eigo yang masih sulit dipahami oleh turis asing.
Secara kultural, masyarakat Jepang merasa tak perlu mempelajari bahasa Inggris lebih jauh. Menurut mereka, bahasa ini hanya akan kalian gunakan jika bekerja di perusahaan lintas negara atau ekspatriat. Jadi keinginan mereka untuk mempelajari bahasa Inggris memang tak pernah muncul sama sekali.
Alasan lain kenapa bahasa Inggris sulit berkembang di Jepang adalah sistem pendidikan yang masih konvensional. Dalam pelajaran bahasa Inggris, guru hanya menuliskan apa yang melalui papan tulis, sedang siswa akan mencatat tanpa ada pertanyaan atau timbal balik.
Kalau kalian berniat liburan ke Jepang, cobalah untuk tetap mempelajari bahasa lokal dan tak mengandalkan bahasa Inggris sebagai second language. Orang Jepang tidak bisa bahasa Inggris secara lancar, jadi akan sulit untuk bertanya jika ada masalah.