Siapa yang tak mengenal seri populer Attack on Titan. Adaptasi animenya mendapatkan pujian karena memiliki premis yang sama persis dengan manga-nya. Belum lagi grafis yang menawan dan seiyuu jempolan. Tapi tahukah kalian bagaimana awal mula manga Attack on Titan debut?
Manga buatan Isayama Hajime ini ternyata memiliki perjalanan panjang sebelum mendapatkan serialisasi rutin dari Kodansha. Myanimelist.net pernah melakukan wawancara dengan Hajime Isayama dan Kawakubo Shintaro, editor dari manga ini. Berikut adalah rangkuman singkat mengenai wawancara tersebut.
Dari Dinosaurus Menjadi Titan
Isayama sejak awal memang tertarik dengan proporsi makhluk berukuran raksasa, dinosaurus contohnya. Meski menyukai dinosaurus, namun Isayama masih merasa takut dengan makhluk-makhluk ini. Ia ingat pernah menonton film Jurrasic Park dan ketakutan ketika melihat manusia dikejar oleh dinosaurus.
Dari dinosaurus, Isayama kemudian merubahnya menjadi titan atau manusia raksasa karena terinspirasi dari sebuah video game berjudul Muv Luv Alternative. Dalam game tersebut, manusia harus berhadapan dengan makhluk raksasa bernama BETA. Inilah yang menjadi cikal bakal konsep awal Attack on Titan.
Awalnya Merupakan One Shot
Manga Attack on Titan sebelumnya tak bermaksud dibuat dalam bentuk serial. Isayama membuatnya sebagai draft 65 halaman dan berupa one-shot. Kemudian ia membawanya ke Kodansha sebagai salah satu acara ‘job-hount’ bersama teman-temannya.
Kawakubo, satu dari banyak editor di Kodansha, mengakui bahwa ia menerima draft tersebut. Saat itu Kawakubo tahu bahwa Isayama tengah memulai pendidikannya di suatu kampus dan salah satu programnya adalah mengajukan karya ke penerbit yang ada di Tokyo.
Artwork yang Mencolok
Saat itu Kawakubo masih menjadi junior editor ketika Isayama memasukkan draft pertama Attack on Titan. Inilah kenapa Kawakubo belum menerima draft tersebut untuk mendapatkan serialisasi penuh.
Dalam wawancara tersebut, Kawakubo mengakui bahwa karya Isayama cukup unik. Ini terlihat dengan penggunaan garis, arsiran warna, hingga penempatan karakter dalam tiap halaman. Kawakubo mengakui bahwa karya Isayama masih jauh dari mangaka professional, namun tetap memberikan impresi yang kuat pada Kawakubo.
Perjalanan Mendapatkan Award
Setelah mengajukan draft tersebut, ternyata kisah Attack on Titan tak lagi dipikirkan Isaya selama tiga tahun. Kawakubo memberikan saran pada Isayama untuk memenangkan Weekly Shonen Magazine Rookie Award agar bisa mendapatkan ruang untuk serialisasi manganya.
Isayama dengan serius menaati nasehat tersebut, dari penghargaan tersebut dua karyanya menjadi pemenang, yakni Orz dan Heart Break One. Dengan gelar barunya sebagai rookie, dua manga buatan Isayama tersebut mendapatkan serialisasi oleh Weekly Shonen Jump.
Attack on Titan Mendapatkan Serialisasi
Mendapatkan penghargaan tentu membuat nama Isayama Hajime jadi populer di Kodansha. Draft manga Attack on Titan buatannya juga mendapatkan nominasi untuk Manga Grand Prix, meskipun tak mendapatkan kemenangan.
Tak lama, Kawakubo menawarkan untuk merilis manga AOT dalam majalah Shonen Jump sebagai seri pilihan yang bisa dikerjakan oleh Isayama. Sebelumnya Isayama sudah mengajukan tiga plot untuk manga yang berbeda, namun Kawakubo menyarankan untuk tetap melanjutkan manga AOT yang mandek tiga tahun lalu.
Ada alasan kenapa Kawakubo menyarankan seri ini, bukan plot cerita lain dari Isayama. Ketika membaca draft dari Isayama, Kawakubo selalu teringat kembali dengan draft Attack on Titan karena impresi kuat yang ditinggalkannya. Tak disangka seri ini akhirnya sukses besar di pasaran.
Perjalanan manga Attack on Titan memang cukup panjang sampai menjadi seri yang terkenal. Tak hanya di Jepang, seri ini juga terkenal di berbagai belahan dunia. Kalian sudah baca manganya belum?