Budaya Jepang Mengurung Diri: Penyebab dan Cirinya

blank

Mengurung diri menjadi budaya Jepang yang sekarang umum ditemui. Terkenal dengan istilah hikikomori, kebiasaan ini akan membuat seseorang menjadi penyendiri, tidak keluar rumah, hingga menarik diri dari hubungan sosial masyarakat.

Walaupun tidak diketahui secara pasti berapa jumlah orang Jepang yang melakukan hikikomori, namun kemungkinan besar jumlahnya meningkat tiap tahun. Ingin tahu lebih dalam mengenai fenomena ini? simak penjelasan berikut!

Fenomena Budaya Jepang Mengurung Diri

budaya jepang mengurung diri

Dalam sebuah survey yang pemerintah Jepang lakukan untuk menghitung jumlah hikikomori, ada lebih dari 500 ribu partisipan yang pernah atau sedang melakukan budaya ini. Jumlah tersebut tentunya belum pasti, sebagaimana gunung es, kemungkinan bisa lebih besar dan lebih banyak lagi.

Mengurung diri tak terhitung dalam jangka bulan saja, bahkan ada yang bertahun-tahun. Ketika melakukan hikikomori, mereka tidak bertemu siapapun, bahkan orang tua mereka. Walau terkenal sebagai budaya Jepang, namun di kota besar lain seperti Korea Selatan, Prancis, Amerika hingga Spanyol juga ada fenomena ini.

Fenomena hikikomori terus meningkat bisa jadi karena masalah sosial atau kekhawatiran pada diri. Jika tak tertolong oleh ahli psikologi atau medis, keadaan tubuh dan mental mereka tentu akan bermasalah. Tidak jarang pelaku hikikomori mengalami masalah obesitas atau depresi.

Apa Penyebab Hikikomori?

blank

Kira-kira ada empat penyebab yang membuat seseorang mengurung diri, bisa karena diri sendiri atau karena lingkungan keluarga. Depresi dan kondisi mental yang buruk membuat seseorang memilih untuk menutup dirinya dari interaksi sosial.

Penyebab lainnya adalah tak bisa memenuhi ekspetasi keluarga, seperti masuk ke kampus favorit, tak bisa meneruskan usaha orang tuanya atau keluarga yang tak memberi dukungan pada anak. Selain itu, lingkungan sekolah dan kerja yang tidak memberikan ruang kondusif untuk berkembang dan belajar juga jadi salah satu faktor yang besar seseorang melakukan hikikomori.

Ciri-Ciri Seseorang Mengidap Hikikomori

budaya jepang mengurung diri

Ada banyak kriteria agar seseorang tergolong sebagai hikikomori, untuk memudahkan kalian memahaminya, rincian berikut akan membantu.

1. Mengurung Diri di Rumah

Beberapa ahli menyatakan bahwa hikikomori lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, bahkan tidak keluar rumah sama sekali. Kejadian tersebut berulang terus, hingga lebih dari enam bulan, tak jarang sampai bertahun-tahun.

2. Tidak Berpartisipasi dalam Kehidupan Sosial

Kebanyakan seseorang yang mengidap hikikomori tidak akan berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Di Jepang, terdapat istilah NEET (not in employee, education, and training) yang terlihat serupa dengan hikikomori. Umumnya pelaku hikikomori juga tidak sedang sekolah, bekerja, atau dalam masa training.

3. Menarik Diri dari Lingkungan

Ketika proses budaya Jepang mengurung diri ini dimulai, maka seseorang akan menarik diri dari masyarakat dan melakukan pengasingan diri. Mereka tidak akan berbincang dengan orang lain, keluar rumah, bahkan bertemu dengan teman atau keluarga.

4. Mengalami Masalah Mental

Tak jarang seseorang yang mengurung diri juga memiliki masalah mental. Banyak yang terdiagnosis menderita depresi atau stress, sehingga mereka tidak ingin bertemu dengan orang lain. Walaupun tidak semua hikikomori mengalami masalah mental yang berat.

Respon Pemerintah Jepang Mengenai Budaya Mengurung Diri

Karena kebanyakan pelaku budaya ini anak muda, Jepang tentu tak bisa mendapatkan tenaga kerja untuk berbagai lini bidang. Untuk mengatasinya, pemerintah Jepang sering melakukan penyuluhan pada mereka yang mengalami hikikomori.

Banyak pusat rehabilitasi dan kelompok-kelompok yang akan membantu seseorang bangkit dari kebiasaan ini dan aktif kembali di masyarakat. Ini tentu secara perlahan bisa mengurangi adanya budaya Jepang mengurung diri yang berdampak negative ini.