Seperti yang banyak orang tahu, tingkat kelahiran di Jepang sangat rendah, bahkan bisa termasuk dalam kategori memprihatinkan. Jepang mempunyai grafik Piramida terbalik, artinya angka kematian di Negeri Sakura ini lebih banyak daripada angka kelahiran.
Tidak heran jika ada warga Jepang yang datang ke Indonesia, mereka heran dan kaget melihat banyak anak kecil di mana-mana. Hal ini biasa terjadi karena di sana sendiri tingkat kelahirannya begitu rendah dan jarang ada anak kecil berkeliaran.
Alasan Rendahnya Tingkat Kelahiran di Jepang
Koran Jepang mengungkapkan berapa banyak bayi yang lahir di tahun 2016. Keterangan Taizo Yamada, tahun sebelumnya angka kelahiran di Jepang adalah 981.000 berdasarkan data dari survei populasi. Hasilnya terbilang cukup bersejarah karena hampir mendekati rekor di tahun 1899 dengan angka kelahiran jatuh di bawah 1 juta.
Berakhirnya Baby Boom
Setelah 40 tahun, angka kelahiran menembus 2 juta anak saat era baby boom. Tingkat kelahiran di jepang sekarang berkurang hampir lebih dari setengahnya. Bandingkan dengan di Indonesia yang setiap tahunnya lahir 3 juta anak, jauh sekali dengan kelahiran di Jepang, bukan?
Masyarakat Jepang pun penasaran kenapa kelahiran bertambah belakangan ini, tetapi justru terbalik dengan jumlah anak-anak yang malah berkurang. Hal ini terjadi karena wanita di Jepang yang berada di masa subur untuk mengandung jumlahnya lebih sedikit.
Wanita yang dulunya berada di baby boom kedua sudah berusia 40-an, tetapi wanita berusia 20-30an yang bisa mengandung malah berkurang. Taizo berkata angka kesuburan total mengacu pada jumlah anak di Jepang yang lahir oleh satu ibu turun menjadi 1,45 anak pada tahun 2015.
Meskipun angka rata-rata tingkat kelahiran di Jepang bertambah sedikit demi sedikit, tetapi angka tersebut tidak menutupi kekurangannya. Rasio anak di Jepang berada di titik terendah 11,9%, populasi anak di Jepang juga berada di bawah Korea dan Italia.
Ketidakstabilan Ekonomi
Kesalahan penyusutan ini merucut kepada para pemuda karena di Jepang peluang kerja bagus untuk pemuda sangat sedikit. Kebudayaan Jepang menuntut laki-laki untuk menjadi tulang punggung dan pencari nafkah. Kecilnya peluang kerja membuat para pemuda di Jepang menciptakan golongan tidak menikah dan tidak memiliki anak. Ekonomi yang tidak stabil menjadi alasan utama di kasus ini.
Akhirnya, banyak pemuda yang kerap menunda pernikahan. Pada tahun 2017 perusahaan cook Japan mengadakan sebuah survei mengenai kesadaran wanita di Jepang tentang keinginan reproduksi mereka. Bagaimana dengan hasil dari survei Cook Japan tersebut? Poin di bawah ini adalah hasil yang Cook Japan dapatkan dari survei mereka.
Rasa Keinginan yang Rendah
Akan tetapi, hasilnya sedikit mengecewakan. Perusahaan itu mengumumkan persentase wanita di Negara Jepang ini yang ingin mempunyai anak hanya 63%. Inilah yang membuat tingkat kelahiran di Jepang sangat rendah. Alasan wanita Jepang tidak ingin mempunyai anak sangat beragam, antara lain:
- Menjadi orang tua sepertinya sangat merepotkan (44,6%)
- Tidak tertarik untuk memiliki seorang anak (40,5%)
- Tidak memiliki rasa percaya diri untuk merawat anak sendiri (51,4%)
- Tidak menyukai anak-anak (37,8%)
- Tidak percaya dengan kekuatan fisik (24,3%)
- Menyukai dan puas dengan gaya hidup saat ini (23%)
- Karena memiliki anak butuh uang (35,1%)
Melihat alasan di atas ini, bisa kamu ketahui penyebab kenapa tingkat kelahiran di Jepang sangat rendah. Tidak lain dan tidak bukan adalah karena banyak warga Jepang yang menganggap menjadi orang tua itu sangat merepotkan. Budaya hidup di Jepang juga turut andil dalam membuat situasi ini terjadi.